Minggu, 03 Oktober 2010

Teori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934)

(Kristoforus Sri Ratulayn K.N / 1323009009)

I. Pendahuluan
Pendidikan pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia. Karena dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu seseorang untuk dengan mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis. Dengan melihat betapa penting dan sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik anak-anak bangsa, maka perlulah untuk menyambut dengan penuh penghargaan bagi mereka yang telah dengan rela memfokuskan perhatian kepadanya. Perlu juga untuk mengusahakan bagimana metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi pengembangan kognitif anak.
Filsafat pendidikan adalah sebuah cabang dalam filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memberikan pendasaran bahwa kata pendidikan / education, menurut bahasa aslinya, Latin, Educere mempunyai makna membantu untuk mengembangkan, memajukan, dan atau menumbuhkan. Filsafat pendidikan memaknai bahwa pengetahuan adalah sebuah keadaan ketika seseorang mampu menciptakan model dalam pikirannya tentang objek yang telah dilihatnya. Maka ketika objek itu telah tidak ada dihadapannya sekalipun orang tersebut masih mempunyai konsep model benda tersebut dalam pikirannya.
Dalam mata kuliah filsafat pendidikan dijabarkan pendasaran mengenai yang Paper ini berjudul Teori Pendidikan: Teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Lev Vygotsky (1896-1934). Masalah utama yang akan dibahas dalam paper ini adalah melihat atau melakukan sebuah pengkajian bagaimana ketika teori Pengembangan Konstruktivisme Sosial Vygotsky dilihat dengan kacamata filsafat pendidikan mengenai Pendidikan dan Budaya (Education and Culture). Sehingga mungkin ditemukan kesamaan antara keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba bercermin dan memberikan masukan secara tepat dalam menangani pendidikan anak.
Dalam pembahasan ini terdiri dari beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, kita akan melihat secara menyeluruh tentang teori pengembangan konstruktivisme sosial Vygotsky. Secara definitif, teori Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori besar konstruktivisme. Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang membentuk pengetahuan seorang.
Kedua, kita akan melakukan analisis teori pengembangan konstruktivisme social Vygotsky dalam terang filsafat pendidikan. Apakah teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori yang ada di dalam filsafat pendidikan?
Akhirnya dalam kesimpulan nanti kita bisa dapatkan sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan dengan apa yang ada dalam filsafat pendidikan. Artinya dalam teori Vygotsky pun terdapat beberapa hal yang juga menjadi unsur dalam teori filsafat pendidikan. Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang mahatahu, melainkan dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting untuk terjadi.

II. Latar Belakang Singkat Teori Lev Vygotsky (1896-1934)
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berasal dari Rusia, dan hidup pada masa revolusi Rusia. Vygotsky sering juga dihubungkan dengan psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget, seorang psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anaklah yang membangun pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika masih berusia tigapuluh tujuh tahun.
Antara Vygotsky dan Piaget terdapat persamaan yang mendasar dari teori yang mereka kemukakan. Teori mereka berdua masing-masing merupakan dua cabang dalam teori Konstruktivisme psikologis. Konstruktivisme secara singkat adalah mempunyai argumen bahwa pengetahuan merupakan konstrkusi dari seseorang yang mengenal sesuatu. “Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif dan terus-menerus” . Hanya saja yang membedakan dari keduanya adalah Piaget lebih memfokuskan perhatian teorinya pada sudut pandang personal, individu, dan subjektif. Sedangkan Vygotsky lebih pada sosial (socioculturalism).

III. Inti Teori Vygotsky
Seperti sudah sedikit dibahas dalam penjelasan sebelumnya, bahwa Vygotsky lebih menekankan pada peran aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau cognitif anak. Vygotsky memandang bahwa cognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, Teori Pengembangan Sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi lagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kuran teridentifikasi secara jelas dan tidak logis dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah. Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur selanjutnya yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, bisa sedikit kita simpulkan bahwa dalam teori Vygotsky berisikan tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan kognitif seorang anak mampu mengetahui hanya jika ia analisa dan penafsirannya. Kedua, dikatakan bahwa kemampuan kognitif didapat dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk percakapan. Sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan sosial ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.

III. The Zone of Proximal Development (ZPD)
“Vygotsky’s term for the range of tasks that are too difficult for children to master alone but that can be mastered with guidance and assistance from adults or more-skilled children”
Salah satu konsep mendasar yang ada dalam teori Vygosky adalah sebuah penjelasan mengenai relasi antara pembelajaran dan perkembangan, yang sering disebut dengan Zone of Proximal Development (ZPD). Kutipan di awal paragraf mungkin bisa membuat kita mampu langsung menangkap apa yang dimaksud dengan zone of proximal development. Secara singkat konsep ini merupakan sebuah wilayah tempat bertemunya pengetahuan spontan anak dengan pengetahuan ilmiah seseorang yang lebih dewasa.
Pengetahuan spontan anak yang bertemu dengan pengetahuan ilmiah orang dewasa akan menghasilkan perkembangan bagi pengetahuan spontan anak.

IV. The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah ini jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Orang Lain yang lebih tahu. Dari situ kita bisa langsung sedikit menangkap sebuah penjelasan yang terdapat di dalamnya. MKO mengacu kepada siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pelajar, dalam hal ini bisa guru, teman sebaya, atau bahkan computer.
Seorang pelajar perlu berintarksi dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari dirinya. Karena hal tersebut akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan sosial kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor interaksi sosial dengan sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci perkembangan kognitif anak.

V. Aplikasi dan Implikasi Teori dalam Pendidikan
Agar pembahasan kita tentang teori Vygotsky lebih mendarat dan langsung terasa bagi usaha pengembangan kognitif. Banyak usaha konkret yang bisa kita lakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut, misalnya:
1. Teori Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa
2. Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus
3. banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya

VI. Analisis : Filsafat Pendidikan
Analisis awal adalah langsung membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama yang menjadi sorotan kita adalah tentang argumen bahwa interaksi sosial dan budaya lebih berperan dalam pengembangan kognitif anak. Inti penekanan teori Vygotsky adalah bahwa interaksi sosial dengan sesuatu di luar dirinya yang membuat kognitif anak berkembang. Dengan demikian, zone proximal development anak semakin meningkat.
Teori Vygotsky tentang bahasa sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan kognitif mengalami keselarasan dengan pandangandalam filsafat pendidikan. Dalam filsafat pendidikan pun beranggapan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk bertahan. Manusia membutuhkan bahasa untuk mampu mendapatkan pengetahuan ia mempelajari bahasa yang berfungsi sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih dalam bahwa proses transfer ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Budaya dalam filsafat pendidikan mempunyai dua unsur, yaitu spiritual dan material. Spiritual terdiri dari bahasa, seni, dan agama. Sedangkan unsur material terdiri dari factor genetic, geografis, dan ekonomi. Jika kembali menengok teori Vygotsky, dalam teori tersebut juga dikatakan bahwa bahasa mempunyai peran penting bagi perkembangan anak. Karena bahasa adala sebuah bentuk awal untuk berinteraksi sosial.
Kemudian dalam teori Vygotsky terdapat pula beberapa unsur yang menjadi agen perubahan. Artinya seorang anak perlu mendapat bimbingan dari orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih dari dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam bentuk spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori Vygotsky di atas juga mengalami keselarasan dengan teori dalam filsafat pendidikan. Dalam filsafat pendidikan kita bisa menemukan beberapa konsep tentang agen-agen perubahan untuk membantu anak mengembangkan kognitifnya. Agen-agen perubahan dalam filsafat pendidikan adalah keluarga dan negara. Agen-agen perubahan seolah-olah menjadi tombak dalam usaha mengembangkan kongnitif atau intelektual. Peran mereka sangat sentral dalam membantu anak mengolah pengetahuan spontan mereka menjadi pengetahuan yang lebih tertata, sistematis, dan logis.

VII. Kesimpulan
Pada initinya kita bisa menyimpulkan bahwa dalam teori Vygotsky sedikit banyak telah mengandung banyak unsur yang terdapat dalam filsafat pendidikan, khususnya pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori Vygotsky anak perlu berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi berkembangnya kognitif. Bagaimana tidak, bahasa menjadi alat transfer ilmu.
Bererapa konsep dalam filsafat pendidikan juga selaras dengan teori pengembangan kognitif Vygotsky. Filsafat pendidikan telah memberika pendasaran filosofis bagi teori-teori pengembangan intelektual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar