Minggu, 28 Februari 2010

Menjadi Manusia Otentik

Kristoforus Sri Ratulayn K.N
1323009009

Berbicara mengenai manusia, kita akan menemukan banyak hal yang menjadi tema pembahasannya. Dalam artian entah dilihat dari sisi biologis, sosiologis, antropologis, dan masih banyak lagi. Dalam tulisan ini kita akan memfokuskan pembahasan pada pembahasan manusia dilihat dari perspektif Filsafat Manusia. Lebih tepatnya adalah melakukan sebuah resensi dari buku diktat Filsafat Manusia: Menjadi Manusia Otentik.
Filsafat membantu orang untuk mampu berpikir kritis, logis, sistematis, dan tidak mudah percaya. Dengan demikian hal tersebut akan membantu kita mampu dengan mudah untuk dihantar sampai pada penemuan hakekat tentang segala sesuatu, khususnya tentang manusia. Tema tentang manusia menjadi satu cabang khusus dalam studi Filsafat, yang dikenal dengan nama Filsafat Manusia. Intinya menyajikan secara khusus refleksi filosofis mengenai menjadi manusia otentik.
Sebenarnya apa yang dimaksud manusia otentik? Secara singkat akan kita temukan bahwa manusia otentik adalah orang yang bahagia dan bebas. Lebih dalam lagi, menjadikan kedua hal tersebut menjadi tujuan hidup mereka. Bahagia dan bebas di sini salah satunya adalah suatu kondisi di mana seseorang mampu sungguh-sungguh merasakan dengan penuh kesadaran setiap hal yang mereka lakukan kedamaian. Mampu merasa enjoy dengan menjadi diri sendiri, serta tanpa terpengaruh oleh tekanan dari luar diri mereka. Intinya tetap otentisitas adalah menjadi dirinya sendiri secara sungguh-sungguh, menemukan apa yang sering disebut sebagai jatidiri.
Teori otentisitas mengatakan bahwa mereka yang otentik adalah mereka yang mampu mengosongkan diri dan mengarahkan segenap perhatian mereka pada tujuan atau panggilan hidup mereka. Mengosongkan diri di sini mempunyai arti bahwa mereka mampu melepaskan diri dari hanya sekedar perasaan-perasaan, kebutuhan semu, hasrat-hasrat. Melainkan lebih mengarahkan focus tujuan hidup mereka untuk nilai yang lebih tinggi yang ada dalam hidup.
Lantas apa penting dan perlunya manusia menjadi otentik? Secara singkat jika telah mampu sadar dan mengenali dimensi-dimensi hakiki, maka diharapkan seseorang mampu menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki integritas. Artinya mampu dengan dewasa menentukan sikap atau keputusan-keputusan praktis dalam hidup sehari-hari. Mampu dengan bijaksana menempatkan diri, dengan tetap menjadi diri mereka apa adanya. Orang tersebut menjadi mampu dipercaya oleh orang lain karena orang lain telah mengenalnya sebagai pribadi yang selalu menampilkan diri apa adanya dan memperjuangkan nilai yang lebih tinggi.
Menjadi manusia otentik bukan semudah apa yang dibayangkan. Seperti semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan perjuangan mati-matian untuk dapat mencapainya, dan banyak sekali rintangan atau hambatan yang akan kita temui dalam memperjuangkannya. Salah satu hambatan tersebut adalah ketika kita melihat zaman sekarang banyak sekali beredar buku-buku self-help yang lebih condong mencetak manusia sesuai penulis buku tersebut. Buku-buku self-help cenderung menipu, karena ingin menarik seseorang untuk keluar dan lepas dari jatidirinya yang unik.
Akibatnya jika seseorang menjadi hampa dan kering dalam hidupnya. Sekali lagi karena ia dipaksa melakukan apa yang bukan dirinya. Belum lagi efek yang terjadi ketika orang tersebut gagal atau belum mampu untuk mencapai apa yang ditulis dalam buku-buku tersebut. Orang cenderung lebih sering merasa menjadi orang yang selalu gagal dan hidupnya seakan tidak bermakna.
Menjadi manusia otentik dalam sebuah proses panjang. Namun tidak berarti hal tersebut tidak mungkin untuk dicapai. Untuk menjadi manusia otentik sekali lagi terlebih dahulu orang harus sadar dan mengenali sungguh siapa dirinya, memahami berbagai keunikan dan realitas yang ada dalam dirinya. Akhirnya dikatakan bahwa itulah proses belajar tertinggi. Karena dengan mampu mengenali dirinya seseorang akan mengalami kebahagiaan dalam menjalani hidupnya.
Banyak unsur yang harus dilihat dalam pengenalan diri. Salah satu yang akan kita bahas dalam resensi kali ini adalah mengenai motivasi. Karena motivasilah yang mendasari dan mendorong setiap tindakan manusia. Lebih lengkap lagi bahwa motivasi adalah sebuah program internal yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan tertentu.
Secara jelas motivasi punya peran mendasar dalam proses pengenalan diri manusia guna mencapai tujuan menjadi manusia otentik. Dengan melihat dan mengenali motivasi yang ada dalam dirinya manusia semakin dibawa menuju kesadaran dari setiap yang ia kerjakan. Misalnya motivasi terdalam apa yang ada di balik seseorang mempelajari sesuatu. Apakah hanya untuk sekedar nilai, memenuhi rasa ingin tahunya, atau hanya keterpaksaan dari pihak luar dirinya.
Bahasan selanjutnya untuk menganalisis menjadi manusia otentik dengan berfokus pada manusia dan kesadaran. Membuka bahasan ini kita akan sedikit mengutip ungkapan terkenal dari filsafat Descartes Cogito Ergo Sum. Intinya ia ingin mengatakan bahwa pikiran adalah pusat dari manusia. Pikiran ini erat kaitannya dengan kesadaran. Orang sadar adalah orang yang menggunakan pikirannya dalam setiap tindakan yang ia kerjakan. Kesadaran merupakan kondisi internal manusia yang harus dibedakan dengan kondisi fisik.
Kesadaran diperlukan agar manusia mampu mengenali dirinya secara utuh. Karena kesadaran berperan besar untuk menghantar manusia mampu merefleksikan setiap fenomena yang terjadi dalam hidupnya. Sampai pada menentukan bagaimana ia harus bertindak dengan tepat. Akhirnya sampailah pada manusia yang otentik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar