Oleh: Kristoforus Sri Ratulayn K.N
Kebenaran adalah salah satu tema yang menjadi perdebatan panajang dalam sejarah pemikiran, filsafat. Hingga zaman inipun orang masih bisa memperdebatkan tentang apa yang benar. Makna kebenaran menjadi sangat beragam tergantung titik tolak atau paradigma yang dipakai seseorang. Memang akhirnya terkesan relativisme jika semua mempunyai makna dan kebenarannya masing-masing. Sesungguhnya apa itu kebenaran?
Pada tulisan ini saya akan membahas tentang tema kebenaran menurut Georg Wilhelm Hegel. Hegel dikenal sebagai salah satu filsuf Idealisme Jerman terbesar. Secara umum, terasa Hegel hendak membuat sebuah system filsafat yang ingin menjelaskan segala hal. Dalam pemaparan penjelasan nanti saya akan menyajikan pemikiran Hegel tentang fenomenologi Roh dan metode dialektika yang ia pakai dalam menjelaskan realitas. Dari pemikiran Hegel nanti akan ditemukan bahwa kebenaran adalah “Roh”, “Idea”, atau “Rasio” yang terus bergerak dan dinamis. Gerak Roh itulah yang menentukan jalannya sejarah dan realitas.
gambar dari : http://10108602.blog.unikom.ac.id/kebenaran.1i7
Hidup dan Karyanya
Hegel adalah salah seorang filsuf Idealisme Jerman terbesar . Filsafatnya seolah ingin membentuk sebuah sistem yang berusaha segala sesuatu. Ia lahir di Stuttgart, Jerman pada 27 Agustus 1770. Ayahnya bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil. Pada tahun 1788 ia menjalani pendidikan Teologi Protestan di Universitas Tübingen. Di sanalah ia akhirnya bertemu dan berkawan dengan Schelling dan Hölderlin. Teman-teman Hegel tersebut mempunyai ketertarikan dalam Revolusi Perancis dan bersama-sama mempelajari Rousseau.
Sejak muda, Hegel memang menaruh perhatian yang besar terhadap filsafat dan teologi . Minat ini akhirnya akan tertuang dengan jelas dalam pemikiran-pemikiran dalam berfilsafat. Setelah lulus dari Universitas, Hegel bekerja sebagai tutor keluarga bangsawan di Swiss antara tahun 1793-1796 dan kemudian di Frankfurt antara tahun 1797-1800. Selanjutnya, tahun 1801 ia mengajr di Universitas Jena . Saat di Jena itulah ia menghasilkan karya pertamanya, yaitu Difference between the Philosophical Systems of Fichte and Schelling (Differenz des Fichteschen und Schellingschen Systems). Selain itu pada saat yang sama ia juga bekerjasama dengan Schelling dalam penyusunan jurnal filsafat.
Karya terbesarnya pun juga dibuat ketika di Jena, yaitu Die Phanomenologiae des Geistes (fenomenologi Roh). Karya besar lainnya yang ia hasilkan selanjutnya adalah Wissenschaft der Logik (logika), Enzyklopädie der philosophischen Wissenschaften im Grundriss (Ensiklopedia ilmu filsafat dalam ringkasan), dan Grundlinien der Philosophie des Rechts (Garis Besar Filsafat Hukum). Hingga akhirnya ia meinggal pada tahun 1831.
Yang Absolut sebagai Kebenaran
Secara singkat, tujuan filsafat Hegel sesungguhnya adalah mengusahakan pengetahuan ilmiah tentang kebenaran . Artinya, usaha segala usaha Hegel dalam filsafatnya seolah ingin melanjutkan tema yang digeluti oleh Immanuel Kant. Kant berusaha menguji kemampuan akal budi guna memperoleh sesuatu yang sah disebut sebagai ilmu pengetahuan. Satu hal yang jelas ditolak Hegel dari pemikiran Kant adalah bahwa bukan pikiranlah yang membentuk realitas, melainkan oleh suatu Akal Kosmik tunggal yang disebutnya, Roh . Namun nampaknya Hegel lebih condong mengusahakan pengetahuan proses jalannya sejarah. Dengan demikian tidak heran bahwa banyak orang, khususnya orang Jerman yang menerima pemikiran Hegel sebagai sebuah pengetahuan yang mengagumkan.
Menurut Hegel, dalam analisis Kant terdapat oposisi antara fenomena dan numena. Dengan kata lain masih terdapat oposisi antara subjek dan objek . Hegel berada pada posisi sama seperti Schelling yang menghapus “das Ding an sich” (benda pada dirinya sendiri). Lebih dalam, Hegel menyebut bahwa Alam adalah perwujudan dari Roh. Roh mengasingkan diri terlebih dahulu dalam Alam. Akhirnya, bertolak dari Yang Absolut (das Absolute) itulah idealisme Hegel dibangun.
Hegel menegaskan bahwa Yang Absolut itu adalah seluruh kenyataan. Lebih dalam, realitas kemudian dilihat sebagai “proses menjadi”. Sampai pada pemahaman bahwa kebenaran adalah sesuatu yang bergerak dan hidup, “yang benar adalah yang menyeluruh” . Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang terus bergerak dan berproses berkembang sampai pada kepenuhannya. Dengan demikian, Hegel memandang realitas sebagai proses teleologis. Yang Absolut menjadi tujuan dari proses itu sendiri.
Menurut pemikiran tradisional, kebenaran adalah kesesuaian antara pikiran dan realitas. Artinya, terdapat kesamaan antara subjek yang berpikir dengan objek yang dipikirkan. Bagi Hegel, Yang Absolut adalah subjek. Jika demikian maka apa yang kemudian disebut sebagai objek? Hegel menegaskan bahwa objeknya adalah subjek itu sendiri yang menyadari dirinya . Logikanya jika Yang Absolut adalah keseluruhan realitas dan Yang Absolut itu menyadari dirinya, maka segala sesuatu menjadi proses refleksi diri. Realitas adalah berpikir itu sendiri.
Seluruh refleksi filosofis dan pengetahuan manusia adalah penegtahuan dari Yang Absolut itu sendiri . Seluruh proses sejarah adalah proses dari Yang Absolut menyadari dirinya kembali. Bagi Hegel, Yang Absolut juga berarti Rasio atau Idea. “Rasio sama luasnya dengan seluruh realitas, maka realitas adalah proses pemikiran atau Idea” .
Dialektika
Hegel menggunakan metode dialektika dalam menjelaskan seluruh gerak Yang Absolut. Artinya, Idea bergerak dengan metode dialektika tersebut. lebih dalam, Hegel malah berpendapat bahwa dialektika itu adalah realitas sendiri. Kenyaatan sebagai sebauh “proses dialektis”.
Dalam dialektika terdapat tiga unsure pokok, antara lain tesis, antithesis, dan sintesis. Singkatnya dialektika adalah cara pikir yang mempertemukan dua hal yang saling bertentangan (tesis dan antitesis) untuk kemudian diangkat pada tahap yang lebih tinggi (sintesis). Sebagai contoh, antara hitam (tesis) dilawankan putih (antitesis), maka akan menjadi abu-abu (sintesis). Pada abu-abu tidak ada lagi unsure yang dominan atau hitam atau putih. Sintesis mengangkat tesis dan antithesis tanpa mengalahkan satu diantaranya. Dalam bahasa Jerman aufheben, yang berarti mengangkat.
Pada penjelasan ini pula Hegel menjelaskan tentang tiga tahap penetahuan manusia. Tahap pertama adalah kemampuan indrawi, lalu akalbudi (Verstand), dan tertinggi adalah intelektualitas (Vernunft). Bagi Hegel, akalbudi tidak akan bisa menerima pertentangan dalam pengetahuan yang ia peroleh melalui indra. Akalbudi bekerja sesuai system atau skema dalam pikirannya. Maka seseorang perlu naik lagi ke tahap intelektualitas untuk mencari hubungan atau kesatuan dibalik apa yang diterima oleh akalbudi. Intelektualitas harus menguhasakan kesatuan atas hal-hal yang bertentangan. Dengan demikian, segala sesuatu bagi Hegel bisa dipahami.
Kesimpulan
Dengan demikian ada beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan di awal tulisan ini mengenai apa kebenaran menurut Hegel? (1) kebenaran adalah sesuatu yang dinamis, bergerak, dan dalam proses menjadi. Kebenaran yang dinamis menjadi sifat dari Yang Absolut atau Idea atau Rasio. (2) gerak rasio dapat dimengerti dengan pola dialektika. Dialektika Idea atau Rasio membentuk realitas. Realitas yang menjadi kebenaran adalah hasil dari gerak Roh yang berdialektika.
Daftar Acuan
Copleston, Frederick, A History of Philosophy. Modern Philosophy: From the Post-Kantian Idealists to Marx, Kierkegaard, and Nietzsche. Vol. VII. Image Book, New York, 1994.
Garvey, James, 20 Karya Filsafat Terbesar. (terj.) Dr. Mulyatno Pr, Kanisius, Yogyakarta, 2010.
Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern. Dari Machiavelli sampai Nietzsche, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007.
Tjahjadi, Simon Petrus L., Petualangan Intelektual. Konfrontasi dengan Para Filsuf Dari Zaman Yunani Kuno Hingga Zaman Modern, Kanisius, Yogyakarta, 2004.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- Aborsi
- Aristoteles
- belajar ilmiah
- Etika
- Etika Biomedis
- Etika Nickomakeia
- Etika Thomas Aquinas
- Filsafat Jawa
- Filsafat Ketuhanan
- Filsafat Manusia
- Filsafat Pendidikan
- Hegel
- Keadilan
- Kebenaran
- Keutamaan
- Komunikasi
- Opini
- Sejarah Filsafat Abad Pertengahan
- Soekarno
- theodicy
- tugas epistemologi
- tugas pengantar filsafat
- tugas resensi Filsafat Manusia
- Tulisan untuk buletin "Cogito" Nopember 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar